Pengambilan Keputusan
sebagai Pemimpin Pembelajaran
Perkenalkan nama saya Nur Indahyanti,S.Pd.SD
Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SD NegerI Sekardangan Kabupaten Sidoarjo.
Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul
3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam
Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya ing ngarso sung tuladha yang diartikan sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi, dan Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan subyek dalam sistem pendidikan.
- Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Disadari atau
tidak setiap individu termasuk juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang
sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan
universal meliputi hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran,
bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen,
percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.
Nilai-nilai
positif yang tertanam kuat dalam diri kita penting untuk dipupuk karena
keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang akan merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang
dimiliki seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid
maupun seluruh warga sekolah.
Dalam
menjalankan tugas sehari-hari, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi
yang menuntutnya untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika
dan rasa keduanya benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau
berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang
menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat.
Maka di sinilah nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk
mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang
terbaik bagi kepentingan murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai
kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama.
- Bagaimana
kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping
atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam
pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam
diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa
dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching
merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan
yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah yang
dimiliki orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid,
coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam
pembelajaran di sekolah.
Coaching
menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah, karena guru dalam hal
ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan
memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang
terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil
keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil.
Guru sebagai
pendidik dan pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktunya untuk
menjalankan proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak
pada murid.
- Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya
akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Seorang guru
sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seharusnya bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial
dan emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan
Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan
permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka untuk
sekarang maupun yang akan datang. Guru juga penting untuk memahami aspek
sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan
bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di
lingkungan sekolah.
- Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali
kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Ketika
seorang guru dihadapkan pada kasus yang berkaitan dengan dilema etika maupun
bujukan moral maka diperlukan ketrampilan berhubungan sosial untuk mengambil
suatu keputusan yang tepat. Dalam hal ini ketika saya dihadapkan dengan suatu
kasus dilema etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut
pandang dan berusaha menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma
dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, di mana dasar dari
keseluruhannya adalah nilai-nilai yang saya miliki.
Nilai-nilai
dalam diri seorang guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah
keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka
keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan
dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya jika seorang guru belum
memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai
seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk
mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan.
- Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terelebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Kemudian pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan empat paradigma dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang.
Selanjutnya Pengambilan keputusan
yang tepat dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat
melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut,
maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan
dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
- Selanjutnya,
apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan
untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika
ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai
seorang guru tentunya pernah mengalami berbagai permasalahan dari waktu ke
waktu yang menuntut dilakukannya pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan
situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar
kita tidak terjebak pada pengambilan suatu keputusan yang salah karena kurang
mampu dalam menelaah situasi yang dihadapi secara jelas apakah termasuk dilema
etika ataukah bujukan moral.
Ketika
dihadapkan dengan situasi dilema etika tentu adakalanya kita mengalami
kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan
muncul bisa disebabkan karena berbagai faktor misalnya, karena masalah
perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama
bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki
dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran apakah
keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir
kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan adanya
perbedaan mindset dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi
atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.
- Dan
pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini
dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan semua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.
- Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pembelajaran
dan pengalaman yang saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan
pilar utama dalam dunia pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid
sehingga sering dihadapkan oleh situasi dan problematika yang mengharuskan
dilakukannya mengambil keputusan. Tentunya harapan dari pengambilan keputusan
yang dilakukan ini bukanlah suatu keputusan gegabah dan terburu-buru, yang
kemudian tidak mempertimbangkan konsekuensi dan situasi tak terduga lainnya di
masa depan serta mencederai pihak lainnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan
merupakan rangkaian proses yang harus dilakukan dengan penuh cermat dan
kehati-hatian dalam menentukan sikap dan langkah dari berbagai
kemungkinan situasi yang ada.
Adapun dengan
modul-modul sebelumnya, pembelajaran pada modul ini merupakan suatu yang saling
berkaitan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan
bertujuan menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah
keselamatan dalam kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran,
guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu
mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Selain itu, coaching juga menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menuntun murid untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan dengan menjalin dan membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi asertif serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus murid dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coaching sendiri tidak hanya dilakukan pada murid, tetapi dapat juga diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan membangun kebiasaan/budaya positif sekolah.
Akhirnya peranan pengambilan keputusan yang tepat dan efektif oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Keputusan yang selalu berpihak pada murid sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungj awabkan di dunia dan akhirat akan dapat melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar